Jumat, 28 Maret 2008

Riwayat Pendidikan Bag. 1

Mengenyam pendidikan pertama kali saat saya berusia 7 tahun 9 bulan di TK WALAMBENO WITE (1992), usia yang sudah cukup tua sebenarnya (emang), berhubung baru belajar berlari karena saat balita saya sering sakit-sakitan. Itupun saat mendaftar di TK bukan saat penerimaan siswa baru tapi saat tahun baru 1992 (jadi di TK hanya ½ tahun), sebenarnya sih sudah tidak bisa lagi menerima siswa tapi berhubung Kepala Sekolah TK itu kakekku (adik dari ayahnya ayahku) maka saya diterima dengan senang hati karena sebelumnya saya tidak mau sekolah maunya nyantai terus. Saat TKpun saya biasanya hanya masuk hari Sabtu saja (karena hari itu ada makan-makannya di kelas hehehe, tapi SERIUS emang kayak gitu kenyataannya). Bulan Juli 1992 saya masuk SD di SDN NO 1 RETE (Desa Wakumoro, Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna berjarak (s) ± 80 km sebelah Barat Daya Kota Raha, bisa ditempuh dengan waktu (t) 1 jam 20 menit jika kecepatan rata-rata (v) kendaraan yang kita tumpangi 60 km/jam, tapi jika ditempuh dengan waktu 5 jam, kesimpulan apa yang bisa ditarik??? Jawabanya adalah rajin-rajinki servis kendaraan ta nah…mogok mungkin itu, atau bisa juga bannya bocor dan jauh dari lokasinya press ban). Saat penaikan ke kelas III ayahku pindah tugas ke SMP 2 Raha, sayapun ikut pindah ke kota itu meskipun harus pisah sama ibu tercinta karena beliau baru pindah 1 tahun kemudian ke SMP 1 Raha. Oleh ayah, saya didaftarkan di SDN NO 8 Raha yang sekarang berganti nama menjadi SDN NO 9 Raha karena kebetulan anak-anak tetangga semua disekolahkan disitu jadi saya ngikut ajah. Saat awal masuk ke sekolah baru susah banget menyesuaikan diri dengan anak-anak kota yang notabene lebih modern dibanding anak desa seperti saya, mulai dari cara berpakaian maupun dialek bahasa (ini yang paling susah dan  terasa sekali bedanya) karena saat itu saya masih sulit ber-Bahasa Indonesia dengan baik dan jauh sekali dari kebenaran. Karena kebetulan di kelas III saat itu wali kelasku juga adalah pindahan dari desa yang kebetulan satu desa sama saya cuman beda sekolah ajah, maka saya tidak mengalami cukup banyak masalah dalam belajar. Cawu pertama saya berhasil mengejutkan teman-teman kelasku dengan menyabet juara I di kelas. Di kelas-kelas berikutnya gelar juara I selalu saya raih kecuali saat cawu I di kelas V saya mendapat juara II, emang sih kenyataan pahit namun harus tetap diterima. Saya menyelesaikan pendidikan di sekolah itu pada tahun 1998 dengan raihan NEM tertinggi diantara teman-temanku dengan jumlah 39,89 untuk 5 mata pelajaran yang diujikan.
                Saat masuk SMP oleh ayah (oleh ayah teruuuus, maklum anak manja = mandi jarang, hehehe) saya didaftarkan ke SMP 2 RAHA tempat ayahku mengajar, sebenarnya malaska masuk ke situ takutnya ada KKN antara siswa dan guru (hehehe siswa yang baru masuk SMP mana ada sih yang paham soal gituan), tapi karena satu dan lain hal terpaksa masuk juga ke sekolah itu. Saat pembagian kelas dan seluruh calon siswa sudah mendapatkan kelasnya masing-masing tinggal beberapa orang saja yang belum masuk daftar dan sialnya saya termasuk salah satunya. Kami kemudian dipanggil ke depan ± 400 calon siswa, iiiiiih malunya minta ampun. Salah seorang diantara kami yang saya ingat sampai sekarang adalah Stevany Tandiabang (mudah-mudahan dia masih mengingatnya juga)  yang kebetulan saya ingat karena dia tetangga jauhku tapi masih satu jurusan dengan rumahku (maksudku rumah orang tuaku). Saya kemudian disuruh masuk ke kelas I.8 (disitulah saya bertemu dengan Muhammad Riski Nindar = saat ini beliau bertugas di KPP Menado dan Harjum = saat ini dia masih mengenyam pendidikan di Universitas Hasanuddin, fakultas MIPA, jurusan Fisikia yang juga dengar-dengar beliau tentor bimbel di JILC. Mereka adalah siswa-siswa berotak intel pentium 4, hardisk 160 giga, ram 2 giga, VGA card 512 MB, dan fasilitas lainnya yang tak perlu disebutkan (maklum cuman ini yang saya ingat) mirip PC bantuan dari kantor pusat yang saya pakai sekarang hehehehe). Setelah saya pulang di rumah, saya lansung tanya ke ayah, "pa kenapa tadi saat pembagian kelas, namaku tidak terdaftar?", ayahku bilang,"aduuuh saya lupa daftar ulangkan namamu." Saya jengkeeeel, inimi ini, saya bilang nanti saya urus sendiri. Itulah sekelumit riwayat pendidikanku, masih panjaaaaang tapi sampe disitumi saja dulu, masih banyak lagi peristiwa-peristiwa aneh dan lucu lainnya. TO BE CONTINUED…kalo mau baca kisah lengkapnya beli ajah di toko-toko buku terkenal di kota Raha dan Bulukumba, tidak untuk kota lain (maaf yah….☺) masih dalam tanda () perasaan di Raha dan Bulukumba tidak ada toko bukunya hehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar