Selasa malam tanggal 10 Nopember 2009 tepat di hari Pahlawan, rumah kontrakanku kena giliran pemadaman lagi, sejak pulang kantor sore tadi sampai ba’da isya listrik belum juga menyala. Tidak ada yang bisa kulakukan selain berbaring di springbed biru tua kesayanganku, handphone dan laptop lowbatt….sama sekali tidak ada yang bisa kulakukan selain merenung sambil berbaring di bawah cahaya lilin yang selalu jadi sahabat setiaku saat-saat seperti ini. Tiba-tiba khayalan tingkat rendahku berhenti pada dua buah kata “Guru TK”. Ya guru Taman Kanak-Kanak. Entah kenapa dua gabungan kata yang merupakan profesi termulia (menurutku) itu terasa bersahabat denganku di malam yang gelap dan sesunyi ini..hahahaha *lebay*.Pikirian menerawang flashback ke beberapa bulan yang lalu saat mudik Idul Fitri 2009.
Kota “R”, siang itu H+2 Idul Fitri seperti hari-hari biasanya sengatan matahari di luar rumah tidak pernah bersahabat dengan kulitku yang memang sudah hitam ini. Tidak lama setelah sholat dzuhur dan makan siang bersama keluarga tercinta (saat terindah yang selalu kurindukan sejak 5 tahun terakhir ini) handphoneku bunyi tanda sms, kuhampiri handphone ada sms dari nomor yang belum masuk dalam daftar kontakku. “ Taqbalallau minna waminkum Minal ‘Aidin Wal Faidzin. *nama temanku* dan keluarga”. Ya Allah….diakan teman satu SMAku beberapa tahun lalu, kami sangat akrab dulu bahkan boleh dikata kami adalah sahabat. Kami saling curhat kalo ada masalah, dan tentunya saling menjaga rahasia. Namun kami kehilangan kontak semenjak lulus dari SMA dulu. Kamipun saling berkirim sms beberapa kali untuk sedikit melepas rindu, katanya dia dapat nomor handphoneku dari teman SMA juga. Di akhir smsnya, katanya dia mau bersilaturrahim ke rumahku (maksudku rumah orang tuaku) selepas isya malam nanti.
Tak berapa lama setelah shalat isya tamu special yang kunantikan hari ini datang juga.
“Assalamu’alaikum…” dia memberi salam dari luar rumah.
“Wa’alaikum salam warahmatullah… Mari silahkan masuk bos…” jawabku dengan sedikit senyuman.
Diapun masuk ke dalam rumah, sebelum duduk kami berjabat tangan dengan penuh akrab.
“Oh iya, bapak sama ibumu mana?” tanyanya kemudian.
“Baru saja keluar, mungkin ke rumah tetangga. Biasalah lagi musimnya.” Jawabku.
“Kakak sama adikmu?” tanyanya lagi.
“Adikku keluar sama teman-temannya, kakakku belum pulang dari masjid mungkin lagi ngobrol sama temannya di mesjid.” Jelasku.
Selanjutnya percakapan berlanjut ke masalah kesibukan masing-masing saat ini sesekali juga mengenang masa-masa indah dan lucu saat SMA dulu.
“Betewe, kapan nikah nih bos, kan dah mapan?” Tanyanya yang membuatku kaget dan hamper spot eh stop jantung.
“Mm….dah ada niat sih cuman mungkin dua tahun lagi setelah kuliah D3 ku selesai. Soalnya malu sama kalian kalau cuman D1 terus sedangkan kalian sudah pada S1 semua.” Jelasku.
“Tapi dah punya calon kan?” Dia mulai menginterogasi layaknya pembawa acara gosip di televisi yang sedang mewawancarai bintang tamu.
“Ada sih tapi bukan ‘Guru TK’ hahahaha. Dia juga belum tau kalau saya suka sama dia, takutnya hatiku dan hatinya jadi lemah jika kami sudah sama-sama tau kalau kami saling menyukai kalau memang dia juga suka sama saya. Tapi kalau dia hanya menganggapku ‘HTS alias Hanya Teman Saja’ itu lebih parah bagi saya, bisa-bisa saya gantung diri di bawah pohon tomat karena patah hati, saya tergolong orang yang susah jatuh cinta dan kalau sudah cinta sangat susah untuk dilupakan. Biarkan semuanya berjalan seiring waktu, sekaligus menguji perasaanku sendiri apakah perasaan ini bisa bertahan lama atau hanya perasaan sesaat saja. Toh kalau memang jodoh gak akan kemana, semuanya sudah tercatat dalam kitab-Nya” Jelasku juga tak mau kalah layaknya seorang artis yang sedang diwawancarai.
“What??? Guru TK?!?!?!? Kamu berharap jodohmu itu Guru TK ya? Tanyanya heran.
“ Iya Guru TK... Ada beberapa alasan saya mengharapkan Guru TK sebagai pendamping hidupku nantinya…ceh ile…h. Kenapa Guru TK? Karena biasanya Guru TK orangnya penyayang anak-anak, lebih sabar dan jam kerjanya lebih sedikit. Maksudnya waktunya di rumah jauh lebih banyak untuk mengurus saya, anak-anak dan urusan-urusan rumah tangga lainnya yang tentunya tidak sedikit. Saya menghargai emansipasi wanita, makanya saya tidak ingin mereka hanya berdiam diri di rumah saja, mereka harus menjadi wanita karir dan karir terbaik buat seorang isteri bagiku adalah Guru TK. Masalahnya kalau mereka berkarir di dunia kerja seperti saya, pergi pagi pulang hampir maghrib akan susah buat perkembangan mental anak-anak nantinya. Bahkan pengalama teman-teman sudah yang bekerja di kota besar berangkat kerja habis sholat subuh saat anak-anak belum bangun dan pulang ke rumah pukul 21.00 ketika anak-anak sudah tidur kembali. Itulah peranan isteri di rumah, menjaga rumah dan anak-anak saat suaminya mencari nafkah. Tentunya tidak sembarang Guru TK, saya punya kriteria lagi yang tidak perlu saya jelaskan ntar kamu ikut-ikutan lagi dengan kriteriaku. Hahahaha…” Jelasku santai namun serius tapi belum sukses.
“ Iya sih benar juga katamu,” akunya membenarkan alasanku.
“Kamu sendiri pengennya profesi apa buat calon pendamping hidupmu?” saya balik bertanya.
“ Kalau saya pengennya isteriku adalah seorang dokter, karena bisa merawatku, anak-anakku dan juga ayah serta ibuku jika suatu saat mereka sakit. Sekaligus meneruskan cita-cita masa kecilku. Sejak kecil sampai duduk di bangku kelas 1 SMA saya pengen jadi dokter tapi tidak kesampaian karena saya kasihan kedua orang tuaku kalau harus menanggung biaya pendidikan seorang mahasiswa kedokteran. Akhirnya saya banting setir merubah cita-cita ingin menjadi seorang Sarjana Teknik saja. Alhamdulillah sekarang sudah tercapai.” Jelasnya juga.
“Waow….dokter… Standarmu tinggi sekali eee… Ingat juga uang panainya kune…. Biasanya kalo calonnya dokter uang panainya juga tidak sedikit. Tapi saya yakin ji dengan penghasilanmu sekarang sebagai seorang pengusaha kelas kakap tidak akan sulit untuk mewujudkan mimpimu itu, beda dengan pegawai negeri hidupnya pas-pasan, pas butuh ada, hahahaha. Betewe, adamikah dokter incaranmu? Kalau belum saya punya teman yang punya teman dokter, siapa tau kalian berjodoh. Yah namanya juga ikhtiar…” kataku kemudian.
“Belum ada sih, iya bantu nah kalau bisa. Dekat-dekatmi ini saya mau nikah, orang tua sudah mendesakku. Oh iya saya pamit dulu dah agak larut nih, takut bapak sama ibuku khawatir.” Jawabnya sambil melirik jam tangan merk Tissot punyanya.
“Iya ya…tak terasa waktu 2 jam lebih untuk reunian dan membahas masa depan. Yah sampai ketemu tahun depan Insya Allah kalau kita masih diberi umur panjang oleh Allah. Saya berharap tahun depan kamu ke sini sudah tidak sendiri lagi, sudah bareng istrimu. Hehehehe. Sampaikan salam untuk ayah dan ibumu, jika saya ada waktu saya akan ke rumahmu soalnya 2 hari lagi saya sudah balik ke kota B lagi, cutiku sudah mepet.” Jawabku kemudian merangkulnya tanda perpisahan.
Diapun berlalu ke luar rumah meninggalkanku menuju kendaraannya dan perlahan suara kendaraannya berderu lalu perlahan meninggalkan rumahku sampai suaranya itu tak terdengar lagi di telingaku. Aku menghela napas panjaaang...Hmmm....nice meeting...
* * *
"Avil....banguuun....makan....sudah jam 10 mi inie...."suara teman se rumahku membangunkan aku.
"Oooooh....ternyata khayalanku tadi terbawa sampai ke alam mimpi." gumamku sambil terbangun karena kaget... "Lapaaar..........Dah makan wal?" tanyaku kepada teman se rumahku.
"Belum tai kucing...makanya cepatmi kita keluar nanti tutup warung...." jawabnya layaknya kucing yang belum makan 3 hari 3 malam.
"Ayomi...." ajakku.
Malam itu kami telat makan lagi gara-gara PLN.
T_T
Selasa, 10 November 2009
Guru TK vs Dokter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar